Kamis, 16 Januari 2014

PEMANFAATAN LIMBAH BATU HITAM SEBAGAI BAHAN CAMPURAN GLASIR DALAM PROSES FINISHING KERAMIK



                                                                                                              

PEMANFAATAN LIMBAH BATU HITAM
 SEBAGAI BAHAN CAMPURAN GLASIR DALAM PROSES FINISHING KERAMIK



RINGKASAN
Indonesia kaya akan batuan alam salah satunya adalah batu hitam.Di Bali batu hitam berasal dari lahar gunung Agung yang sudah membeku.Di bali terdapat Pengrajin sanggah yang menggunakan bahan utamanya batu hitam. Perdagangan kerajinan sanggah yang dibuat dari bahan baku batu hitam (lahar), makin semarak di daerah seputaran jalan By-Pass I.B.Mantra (By-Pass Tohpati – Padangbai) di kiri kanan jalan banyak dijumpai perajin sanggah dari batu hitam. Ramainya perdagangan komoditi kerajinan tersebut, akibat dari tingginya permintaan pasar, baik untuk konsumen lokal maupun mancanegara. Namun penulis melihat ada sesuatu hal yang kurang dalam kerajinan sanggah ini. Yaitu dalam hal penanganan dan pengolahan limbah. Limbah yang dihasilkan dari kerajinan sanggah ini kurang dimaksimalkan manfaatnya, dan tidak ada upaya pengorganisiran dalam upaya penanganannya. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan glasir dalam proses pembuatan keramik,serbuk batu hitam diolah dan dicampur bahan-bahan laen menjadi glasir yang berfunsi sebagai pewarna dalam glasir dan juga bisa sebagai pengkilat dglasir sehinga warna keramik bervariasi
            Program ini sederhana namun manfaatnya cukup besar bagi masyarakat dilingkungan sekitar pengrajin keramik,karena dapat menghemat biaya produksi dalam proses pembuatan keramik. Perlu ada tindak lanjut dari tulisan ini yaitu membangun sebuah kerjasama dengan seluruh industri keramik yang ada di Bali untuk mengupayakan pemanfaatan limbah dari batu hitam, untuk dijadikan bahan glasir yang dapat menghemat biaya produksi keramik dan bisa bermanfaat bagi industri keramik serta masyarakat Bali.


PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
          Peristiwa Mengejutkan pada tanggal 17 Maret 1963, Gunung tertinggi di Bali ,Gunung Agung meletus, menyemburkan lava panas,lahar,disertai hujan pasir,abu, dan debu. Bencana ini, menelan korban nyawa yang tidak sedikit dan menyisakan kesedihan yang mendalam. Kalau Tuhan sudah berkehendak apapun akan bisa terjadi, tapi kita semua percaya bahwa kita mempercayai adanya Proses Utpeti ( Pencipta ), Stithi ( Pemelihara ) dan Prelina ( Pelebur ), dan ketiga itu tanpa kita sadari tiga kejadian diatas terjadi dalam waktu yang bersamaan , tergantung kita dari mana menilainya.
Disamping Kemurkaan Gunung Agung yang telah terjadi, ternyata dibalik semua itu kita patut bersyukur, karena meletusnya Gunung Agung, memberi berkah bagi kabupaten di ujung Timur Bali, yang terkenal gersang dan tandus, dengan kekayaan material seperti pasir, kerikil, dan batu lahar. Batu lahar atau batu hitam, menjadi material dalam pembuatan berbagai pelinggih tempat suci di Bali. Pura Besakih yang megah ini misalnya, dibangun dari batu lava letusan Gunung Agung. Warga Karangasem kini bersyukur, karena sengsara yang dialami ketika Gunung Agung meletus, kini memberi nikmat, karena batu-batu hitam yang melapisi tanah pertiwi bumi panas in, bernilai tinggi sebagai material pelinggih-pelinggih di bali. ini, rejeki yang dilimpahkan dari letusan Gunung Agung.
        Salah satu contoh yang bisa diambil, betapa maraknya Pengrajin batu Tabas Hitam yang awalnya berkembang Pesat di wilayah Karangasem, seperti Daerah Selat, Pesangkan, Uma Anyar dan di jalur Galian C Kubu, yang merupakan Potensi Sektor Riil yang menerap Tenaga Kerja yang cukup banyak. Produksi Pembuatan Pelinggih dari batu tabas hitam merambah sepanjang By-Pass I.B.Mantra (By-Pass Tohpati – Padangbai) di kiri kanan jalan banyak dijumpai perajin sanggah dari batu. Ada yang dari batu hitam, palimanan dan dari batu paras Bali yang dikombinasikan dengan batubata merah. Konsumennya selain penduduk lokal (Bali), juga dikirim untuk tujuan ekspor,namun ada hal yang kurang diperhatikan dalam kerajinan pelinggih ini, yaitu dalam penanganan limbah (foto limbah halaman 8 pada lampiran) yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai tanah urug. Dalam usulan ini kami mencoba menjadikan limbah tersebut sebagai bahan glasir dalam proses pembuatan kramik yang dapat menghemat biaya produksi keramik. Selain itu banyaknya limbah batu hitam yang tidak terpakai sehingga lama-kelamaan akan mencemari lingkungan (foto limbah halaman 8 pada lampiran)
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari program ini adalah memanfaatkan limbah batu hitam yang berupa serbuk dijadikan bahan glasir dalam proses pembuatan keraamik. Program ini diharapkan juga bisa menjadi pemicu majunya industri keramik di Indonesia khusunya Bali.
Manfaat dari program ini adalah membantu menyediakan bahan glasir bagi industri keramik sehingga bisa menghemat biaya produksi.

GAGASAN
Kondisi Kekini
         Akhir – akhir ini banyak Pengrajin batu Tabas Hitam yang berada di seputaran By-Pass I.B.Mantra (By-Pass Tohpati – Padangbai) di kiri kanan jalan memprodiksi pembuatan Pelinggih atau Sanggah. Ada yang dari batu hitam, batu palimanan dan dari batu paras Bali yang dikombinasikan dengan batubata merah. Konsumennya selain penduduk lokal (Bali), juga dikirim untuk tujuan ekspor. Perkembangan kerajinan sanggah ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan perekonomian di Bali. Namun penulis mengamati ada suatu hal yang terabaikan dalam pengrajin tersebut, yaitu dalam penanganan limbah dan pengolahannya. Limbah yang dimaksud disini adalah serbuk batu hitam. Selama ini limbah batu hitam hanya dimanfaatkan sebagai tanah urug. Selain itu banyaknya limbah batu hitam yang tidak terpakai sehingga lama-kelamaan akan mencemari lingkungan


Solusi Yang Pernah Diawarkan
    Selama ini hanya limbah kerajinan sanggah dari batu padas dan abu dimanfaatkan sebagai bahan campuran pembuatan tanah liat genteng dan sebagai bahan kerajinan. Namun limbah kerajinan sanggah dari batu hitam belum dimanfaatkan secara maksimal hanya sebagai tanah urug saja. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat batu hitam yang keras, sehingga cukup sulit untuk diolah, namun pemanfaatan sebagai bahan glasir sangat memungkinkan karena diproses menggunakan alat-alat yang sesuai untuk bahan keras seperti itu. 


Kondisi Setelah Pengajuan Gagasan
        Memanfaatkan limbah batu hitam dari kerajinan sanggah atau pelinggih sebagai tanah urug dan bahan campuran pembuatan tanah liat genteng sudah tak terjadi karena perajin pelinggih menjualnya dengan harga murah. Oleh karena itu limbah tersebut dibiarkan saja lama- kelaman limbah batu hitam akan menambah banyak. . Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat batu hitam yang keras, sehingga cukup sulit untuk diolah, namun pemanfaatan sebagai bahan glasir sangat memungkinkan karena diproses menggunakan alat-alat yang sesuai untuk bahan keras seperti itu. Sehingga limbah batu hitam sangat cocok untuk bahan glasir

Pihak –Pihak Yang Dapat Membantu
Untuk mewujudkan gagasan ini maka perlu adanya kerjasama dengan BBPT Keramik Suwung sebagai pihak yang mampu mengadakan praktikum guna mengetahui batu hitam sebagai pengkilat glasir, penguat bodi keramik atau pun sebagai pewarna dalam glasir. Bekerjasama dengan pakar keramik dan dosen keramik sebagai pihak yang membimbing dan memberikan masukan guna mendapatkan hasil yang maksimal. Serta para pengerajin keramik sebagai pihak yang mengembangkan industri keramik
            Selain itu pemerintah juga berperan penting untuk mempercepat terwujudnya gagasan ini dalam skala besar untuk mengembangkan industri keramik dan menghemat biaya produksi keramik.

Strategi Untuk Mengimplementasikan Gagasan
Dalam mewujdkan gagasan ini di perlukan kerjasama dengan BPPT Keramik suwung, para pakar keramik dan dosen keramik untuk mengadakan praktikum secara bertahap supaya mendapatkan hasil yang maksimal serta memberikan pelatihan kepada pengrajin keramik cara mengolah limbah batu hitam berupa serbuk menjadi bahan glasir.


KESIMPULAN
Gagasan Yang Diajukan
            Untuk mengatasi permasalahan limbah batu hitam tersebut kami mengajukan gagasan yaitu memanfaatkan sebagai bahan glasir. Pemanfaat limbah tersebut sebagai bahan glasir dapat dilakukan dengan cara dihaluskan kemudian dicampur dengan bahan Feldspar lodoyo,Kapur,Kaolin,Kuarsa.Namun untuk mendapatkan hasil maksimal harus diadakan percoban secara dalam.

Teknik Implementasi
            Teknik implementasi yang dilakukan sebagai langkah awal adalah pengambilan limbah batu hitam dari para pengrajin pelinggih. Kemudian limbah tersebut dihancurkan hingga menjadi seperti pasir,agar lebih halus lagi limbah batu hitam yang telah menjadi seperti pasir disaring agar tidak tercampur dengan kotoran dan  menjadi serbuk. Setelah menjadi serbuk batu hitam siapkan bahan yang akan ditimbang seperti: Feldspar lodoyo, kapur, kaolin, kuarsa. Bahan tersebut ditimbang sesuai dengan pembagian kelompok, yaitu:


Bahan


Kelompok

A

B
C
Feldspar Lodoyo
Kapur
Kaolin
Kuarsa
Batu hitam
48 %
20 %
20 %
12 %
10 %

48 %
20 %
20 %
12 %
15 %

48 %
20 %
20 %
12 %
20 %













            Setelah semua bahan ditimbang sesuai dengan kelompoknya, barulah setiap bahan dihaluskan menggunakan mortar sehingga bahan benar-benar halus sesuai dengan komposisi kelompoknya. Bahan-bahan yang sudah dihaluskan menggunakan mortar lalu dituang air sedikit demi sedikit sambil terus ddihaluskan. Dalam penambahann air larutan glasir tidak boleh encer ataupun terlalu kental. Larutan glasir yang baik adalah bisa menutupi permukaan body keramik tanpa memperlihatkan permukaan body dasar keramiknya setelah bahan-bahan dirasa talah benar-benar halus kita celupkan sebentar sampel bodi keramik yang sudah dibersihkan dan yang dibaliknya sudah diisi tanda dengan nama kelompok serta suhu pembakarannya. Setelah kering glasir yang belepotan dirapikan menggunakan kater lalu glasir dibakar perkelompoknya dengan masing-masing suhu yaitu : 11500 C, 12000 C, 12500 C. setelah kondisi dalam tungku mendingin(mencapai suhu udara), semua benda sempel boleh di keluarkan dan kita sudah dapat melakukan pengamatan yaitu mengamati kematangannya (lebur), penampakan warna secara visual dan kondisi permukaan glasirnya rata atau tidak.

Prediksi Hasil Yang Akan Diperoleh
            Dari Teknik Implementasi dapat diprediksikan hasil dari limbah batu hitam dapat digunakan sebagai bahan campuran glasir. Dalam hal ini,bahan-bahan yang digunakan balam glasir yaitu :
a.       Terdiri dari komponen bahan pembentukan gelas, misalnya: pasir kwarsa murni atau silika
b.      Terdiri dari komponen flux atau bahan peleleh (pelebur), misalnya: oksida-oksida yang titik leburnya relatif rendah
c.       Terdiri dari komponen pelekat yang merupakan kerangka glasir yang sifatnya sama dengan bahan body benda keramik yang akan dilapisi (unsur tanah liat) misalnya: alumina
Pada umumnya apabila suatu bahan dari bumi salah satunya batu hitam atau lahar dipanaskan cukup tinggi, maka bahan itu akan meleleh dan sewaktu dingin kembali bahan itu akan terbentuk kristal. Ada kalanya menjadi cairan waktu mendingin dan membeku kembali tidak membentuk kristal, sehingga tetap memiliki sifat-sifat cairan. Cairan yang membeku demikian adalah gelas, sehingga dapat dianggap bahwa gelas itu sebagai ‘’cairan’’ yang mendingin dan membeku tanpa re- kristalisasi. Batu hitam merupakan bahan memiliki titik leleh yang sangat tinggi sehingga sangat cocok sebagai bahan campuran glasir. Oleh karena itu,batu hitam sangat tepat digunakan sebagai bahan campuran glasir.


  
DAFTAR PUSTAKA

1.Agus Mulyadi Utomo,2007.Pengetahuan Bahan dan teknologi Keramik.Institut Seni Indonesia Denpasar
2.Brian Alexander,2001.Dalam buku Agus Mulyadi Utomo Hal.36.
3.Margono, Sudrajat,1991.”Glasir Mural Biru Trkish (Torquise Blue)”.Informasi Teknologi Keramik dan Gelas,no.48 Th XII,Maret 1991,Balai Penelitian Keramik Bandung,hal.50-56.
4.Soesilawati dan Nuryanto,1998.Glasir dan Pewarna,Departemen Perindustrian dan Perdagangan R.I Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Perdagangan,Balai Besar Industri Keramik Bandung (BBIK),Bandung,Hal.12-13

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar