Kamis, 16 Januari 2014

PRAKTIKUM MENGUJI TINGKAT KEMATANGAN (LEBUR) DAN TINGKAT KEKILAPAN BEBERAPA GLASIR DASAR PADA TEMPERATUR 11500 C,12000 C,12500 C

PRAKTIKUM
MENGUJI TINGKAT KEMATANGAN (LEBUR) DAN TINGKAT KEKILAPAN BEBERAPA GLASIR DASAR PADA TEMPERATUR 11500 C,12000 C,12500 C



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
           Pada umumnya yang kita ketahui bahwa glasir merupakan lapisan gelas tipis yang difomulasikan secara kimia,agar melekat pada permukaan barang keramik yang umumnya dibuat dari bahan-bahan silikat yang melebur pada pembakaran tertentu.Glasir mempunyai tekstur permukaan berwarna atau tidak berwarna,bisa juga transfaran,opak,matt atau dof(tidak mengkilap),yang sangat efektif sebagai unsur dekorasi atau ungkapan ekspresi para seniman.Glasir memiliki karakter tekstur yang tidak menentu,karakter glasir yang baik tergantung pada tingkat kematangan atau lebur,suhu bakar atau temperatur serta komposisi bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan glasir.Untuk mengetahui hasil glasir yang baik yang nantinya dapat digunakan untuk melapisi bodi keramik,diperlukan penelitian uji sifat-sifat glasir dari komposisi bahan yang digunakan sebagai langkah awal penerapannya.
           Penelitian ini pada awalnya sebagai praktek penelitian mahasiswa pada mata kuliah pengetahuan bahan keramik semester 2 dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai uji penelitian tingkat kematangan (lebur) dan tingkat kekilapan beberapa glasir dasar padasuhu bakar 11500 C,12000 C,12500 C.
1.2.Tujuan Praktikum
          Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan (lebur) dan tingkat kekilapan beberapa glasir dasar pada suhu bakar 11500 C,12000 C,12500 C.
          Kemudian mengetahui pada pembakaran manakah serta pada komposisi manakah yang mendapat hasil glasir yang paling baik untuk dapat digunakan dalam melapisi bodi keramik.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Glasir merupakan suatu macam lapisan gelas khusus yang di formulasikan secara kimia, agar melekat pada permukaan tanah liat atau melebur kedalam bodi keramik pada waktu pembakaran yang umumnya di buat dari campuran bahan-bahan silika ( Agus Mulyadi Utamo,2010). Dapat juga dikatakan bahwa glasir adalah campuran bahan pelebur dan silika yang dilapiskan atau diterapkan pada permukaan bodi keramik, yang setelah di bakar pada suhu tertentu melebur menjadi selaput (lapisan) gelas tipis (Margono, Sudrajat, Dalam  Buku Agus Mulyadi Utomo,Pengetahuan Teknologi Bahan Keramik1991:50-56). Glasir yang dilapisi pada bodi keramik merupakan bagian yang cukup penting dalam pembuatan keramik. Di samping dapat menambah keindahan produk keramik, glasir juga berperan sebagai pelindung dan dapat memperpanjang usia keramik itu sendiri (Susilawati,Nuryanto,1998:12-13).
            Sifat fisik maupun kimia dari glasir hampir sama dengan gelas yaitu keras, licin, awet, tidak tembus air, tidak larut kecuali dalam asam florida (basa kuat lainnya) impermeable terhadap gas maupun cairan. Seperti halnya gelas, glasir tidak mempunyai ikatan molekul yang tegas, tetapi terdiri dari ikatan yang kompleks dan sifatnya mirip dengan larutan’’lewat dingin’’ atau undercooled solutions ( Agus Mulyadi Utamo,2010).
           Glasir memiliki tekstur permukaan warna atau tidak berwarna, bisa juga transparan, translusen (opak) matt, atau doff (tidak mengkilap) yang sangat efektif dipergunakan sebagai unsur dekorasi atau ungkapan ekspresi para seniman. Glasir pada hakekatnya sama dengan gelas, yaitu keduanya dibuat dari bahan pasir kwarsa atau silika. Proses pembakarannya pun sama dengan pembakaran suhu tinggi. Untuk mengerti apa sebenarnya gelas dan glasir, harus diketahui apa yang terjadi dalam proses pelelehan bahan dan gejala bahan untuk berkristal. Masalahnya dalam suhu atau temperatur suatu bahan padat yang tidak organis, ada yang berupa cairan, gas dan wujud padat atau pasir atau tepung serta tergantung pada tinggi suhu bakar. Misalnya air yang dikenal berwujud padat berupa es pada suhu dibawah 00 C, berupa cairan bila diatas 00 C sampai 1000 C dan berupa gas jika suhunya diatas 1000 C. Demikian pula bahan padat yang berupa batu-batuan, pada suhu yang sangat tinggi.
          Seperti yang terjadi di perut bumi, batu-batuai itu berupa cairan, bahkan pada suhu yang lebih tinggi lagi akan menjadi gas ( Agus Mulyadi Utamo,2010).Biasanya bahan cair suhu tinggi menjadi dingin,berbahan tersebut terlihat membeku atau mengkristal. Dalam keadaan kristal,molokul-molokul bahan akan tersusun dalam pola-pola yang berulang secara 3 dimensional berupa struktur. Tiap-tiap bahan membentuk kristak-kristal dengan bentuk dan susunan yang berbeda-beda.
          Bagaimana caranya bahan berkristal? Sebagai contohnya adalah gula dan garam yang masing-masing memiliki pola sendiri-sendiri. Apabila bahan kristalin dipanaskan, ikatan antara molekulnya terpecahkan. Dan molekul-molekul menjadi lepas, tidak lagi terikat satu sama lainnya. Bahan-bahan yang meleleh tidak lagi memiliki struktur yang kristalin. Saat menjadi dingin molekul itu menjadi jaringan yang teratur dan membeku menjadi padat dan kembali  menjadi kristal.
           Untuk mengetahui dan mengerti sebaik-baiknya apa yang disebut glasir, pertama-tama harus mengetahui apa yang disebut gelas itu. Gelas dapat disebut sebagai bahan yang transparan (tembus oleh cahaya) dan terbentuk dari pendinginan suatu lelehan bahan-bahan bumi, khususnya bahan silika dan berupa bahan yang tidak berbentuk kristal. Pada umumnya apabila suatu bahan dari bumi dipanaskan cukup tinggi, maka bahan itu akan meleleh dan sewaktu dingin kembali bahan itu akan terbentuk kristal. Ada kalanya menjadi cairan waktu mendingin dan membeku kembali tidak membentuk kristal, sehingga tetap memiliki sifat-sifat cairan. Cairan yang membeku demikian adalah gelas, sehingga dapat dianggap bahwa gelas itu sebagai ‘’cairan’’ yang mendingin dan membeku tanpa re- kristalisasi. Adapun oksida yang membeku demikian itu dan menjadi gelas adalah silika. Silika adalah bahan dasar membuat gelas. Silika leleh pada suhu 17100 C suatu suhu yang cukup tinggi, di dalam alam jarang sekali ada gelas alam. Salah satu gelas adalah obsidian. Gelas yang dibuat dari pasir kwarsa atau silika yang berada pada dalam keadaan kristalin. Dan dalam pemanasan tinggi seperti pasir kwarsa yang meleleh dan tidak lagi berbentuk kristalin, cairan ini didinginkan secara khusus hingga menjadi padat. Dan bahan gelas tidak menjadi kristalin lagi, juga memiliki karakteristik seolah seperti cairan. Cairan dimaksud adalah cairan yang membeku yang bersifat solid (padat) dan disebut gelas. Jadi gelas adalah ‘’ cairan yang membeku menjadi padat (solid) tanpa rekristain’’. Bahan silika yang menjadi bahan utama gelas, bila didinginkan tidak berkristal kembali, yaitu berada dalam bentuk cairan yang disebut amorphous,sebagai gelas. Dan proses pencairan silika menjadi gelas disebut fitrifikasi (prnggelasan). Adakalanya cairan glasir bisa membeku padat dan kembali menjadi kristalin, kejadian ini dinyatakan sebagai de-fitrifikasi. Untk menjadi gelas yang bening dan tembus cahaya, cairan silika yang meleleh dalam proses pendinginannya tidak boleh mengalami de-fitrifikasi.
            Pada hakekatnya dikatakan bahwa glasir kramik adalah gelas akan tetapi walaupun glasir itu adalah gelas, komposisi bahannya memang agak berbeda karena fungsinya adalah pelapis suatu benda keramik. Glasir pada prinsipnya harus melekat pada suatu benda keramik, sedangkan gelas dibentuk langsung dari lelehan bisa berupa botol,gelas,kaca,dll. Dengan demikian lelehan gelas itu harus agak cair.
            Pada keramik, glasir itu tidak boleh meleleh turun dari benda yang dilapisi sehingga glasir itu lebih kaku. Glasir dibuat dari bermacam-macam campuran bahan baku yang meleleh dan campuran itu dicairkan dengan air kemudian dilapiskan merata pada benda waktu dibakar.
            Di atas telah dikatakan bahwa glasir tidak boleh terlalu cair sehingga akan turun dari benda yang dilapisi. Glasir itu harus lebih kaku dan hal tersebut dapat dicapai dengan membubuhkan alumina kedalam glasir. Alumina ini mempertinggi viskositas (viscous=lengket/liat) dari glasir. Dengan demikian glasir yang pada hakekatnya ‘’gelas’’ tersebut dibuat dengan bahan dasar untuk gelas yaitu silika beserta dengan bahan pelapis tambahan lainnya, untuk menurunkan suhu pembakaran glasir, diperlukan juga bahan alumina untuk membuatnya lebih liat serta melekat pada benda keramik yang dilapisi.
            Glasir merupakan gelas yang telah dilelehkan setempat pada permukaan benda keramik, sehingga membuat benda yang dilapisi itu menjadi halus dan tidak berpori, serta bisa diberi warna atau tekstur menurut kehendak sipembuat.
            Glasir harus melekat pada benda keramik yang akan dilapisi. Untuk mencapai itu ada 3 komponen yang diperlukan, misalnya pasir kwarsa/silika sebagai bahan gelas lalu bahan peleleh (flux) yang dapat mempercepat pelelehan dan menurunkan titik lebur/titik leleh seluruh bahan glasir dan diperlukan pula bahan-bahan yang memungkinkan glasir itu dapat melekat dan bersatu dengan body benda keramik, berupa tanah liat.
Dengan demikian dalam pembuatan glasir telah dapat ditetapkan komponen dasar yang umumnya dipakai para keramikus sebagai berikut
a.       Terdiri dari komponen bahan pembentukan gelas, misalnya: pasir kwarsa murni atau silika
b.      Terdiri dari komponen flux atau bahan peleleh (pelebur), misalnya: oksida-oksida yang titik leburnya relatif rendah
c.       Terdiri dari komponen pelekat yang merupakan kerangka glasir yang sifatnya sama dengan bahan body benda keramik yang akan dilapisi (unsur tanah liat) misalnya: alumina
Menurut Brian Alexander, 2001 yang mengemukakan bahwa diperlukan 3 macam bahan mentah dalam membuat glasir, yaitu:
1.      Gelas forma (glass former) adalah bahan mentah untuk membuat kaca (silika).
2.      Stabilisator (stifener) adalah bahan mentah untuk mencegah meleleh (alumnia) sebagai kerangka.
3.      Flux (pelebur) adalah bahan yang membuat melebur bahan-bahan diatas (1&2), melebur dan meleleh didalam suhu yang lebih rendah.

Selanjutnya untuk dapat mengetahui glasir lebih details, perlu kita lakukan penelitian dan percobaan.


BAB III
METODE KERJA
            Pengujian tingkat kematangan (lebur) dan tingkat kekilapan beberapa glasir dasar pada suhu bakar atau temperatur bakar 11500 C, 12000 C, 12500 C dilakukan dilaboratorium di BPPT-Bali pada bulan april 2011 meliputi tingkat kematangan dan tingkat kekilapan dengan menggunakan tungku listrik,guna mengetahui sifat-sifat fisik yang baik dari campuran komposisi bahan glasir yang digunakan serta perlakuan terhadap suhu bakar yang digunakan.
3.1. Alat dan Bahan
     Alat dan bahan yang diperlukan untuk penelitian adalah sebagai berikut :
         Timbangan listrik
         Cawan
         Morta
         Tempat air
         Sempel bodi keramik
         Feldspar lodoyo
         Kapur
         Kaolin
         Kuarsa
         Abu bambu
         Abu ilalang
         Batu merah
         Air



3.2. Metode

Bahan

Kelompok

AI 1
AI 2
AI 3
AB 1
AB2
AB3
SM1
SM2
SM3
Feldspar Lodoyo
Kapur
Kwarsa
Kaolin
Abu Bambu
Abu Ilalang
Batu Merah
48 %
20 %
20 %
12 %
-
10 %
-
48 %
20 %
20 %
12 %
-
15 %
-
48 %
20 %
20 %
12 %
-
20 %
-
48 %
20 %
20 %
12 %
10 %
-
-
48 %
20 %
20 %
12 %
15 %
-
-
48 %
20 %
20 %
12 %
20 %
-
-
48 %
20 %
20 %
12 %
-
-
10 %
48 %
20 %
20 %
12 %
-
-
15 %
48 %
20 %
20 %
12 %
-
-
20 %
            
Kelompok pertama

             Pertama kita harus menyiapkan semua alat-alat dan bahan yang akan digunakan.Setelah semuanya siap kita arus menyiapkan bahan-bahan yang akan ditimbang seperti: Feldspar lodoyo,kapur,kaolin,kuarsa,abu bambu,abu ilalang,batu merah yang berupa tepung.Ketujuh bahan tersebut ditimbang sesuai dengan pembagian kelompok,kita bagi menjadi 2 kelompok.Kelompok yang pertama yaitu:
            Setelah kita timbang bahan sesuai kelompok diatas, kemudian kita membuat komposisi baru yang berbeda dengan pengkelompokan diatas agar kita mengetahui perbedaan hasil pengglasiran.
Kelompok kedua yaitu ;

Bahan


Kelompok

A

B
C
Feldspar Lodoyo
Kapur
Kaolin
Kuarsa
Abu Bambu
Abu Ilalang
Batu Merah
40 %
16 %
16 %
8 %
20 %
-
-
40 %
16 %
16 %
8 %
-
20 %
40 %
16 %
16 %
8 %
-
-
20 %
Kelompok Kedua

            Setelah semua bahan ditimbang sesuai dengan kelompoknya, barulah setiap bahan dihaluskan menggunakan mortar sehingga bahan benar-benar halus sesuai dengan komposisi kelompoknya. Bahan-bahan yang sudah dihaluskan menggunakan mortar lalu dituang air sedikit demi sedikit sambil terus ddihaluskan. Dalam penambahann air larutan glasir tidak boleh encer ataupun terlalu kental. Larutan glasir yang baik adalah bisa menutupi permukaan body keramik tanpa memperlihatkan permukaan body dasar keramiknya setelah bahan-bahan dirasa talah benar-benar halus kita celupkan sebentar sampel bodi keramik yang sudah dibersihkan dan yang dibaliknya sudah diisi tanda dengan nama kelompok serta suhu pembakarannya. Setelah kering glasir yang belepotan dirapikan menggunakan kater lalu glasir dibakar perkelompoknya dengan masing-masing suhu yaitu : 11500 C, 12000 C, 12500 C. setelah kondisi dalam tungku mendingin(mencapai suhu udara), semua benda sempel boleh di keluarkan dan kita sudah dapat melakukan pengamatan yaitu mengamati kematangannya (lebur), penampakan warna secara visual dan kondisi permukaan glasirnya rata atau tidak.



BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil dan pembahasan
          Dari pratikum kelompok pertama,sempel glasir dasar dengan komposisi dan suhu yang berbeda yang telah dilakukan di peroleh hasil sebagai berikut:
4.1.1 Hasil uji kematangan (lebur) dan kekilapan glasir pada kelompok pertama dengan pencampuran bahan tambahan
1.Kelompok suhu 11500 C
          Dari sampel diatas diketahui bahwa tingkat kematangan glasir pada kelompok suhu 11500 C sangat kurang baik, ini dapat dilihat dari keadaan visualnya yaitu dari segi tekstur,dimana pada semua sempel (AI, AB, SM) menunjukan tekstur tidak merata seperti ada lubang-lubang yang banyak pada permukaan glasir serta permukaannya kasar. Dari segi warna semua sampel berwarna putih yang tidak merata. Dari tingkat kekilapannya,semua sempel tidak mengkilap. Dari sempel diatas dapat disimpulkan bahwa hal ini disebabkan karena pada suhu ini glasir tidak dapat melebur dengan sempurna.ini dikarenakan oleh glasir yang mulai matang tiba-tiba diberhentikan pada suhu yang belum mencapai tingkat kematangan sempurna.Suhu ini tergolong suhu rendah untuk tingkat kematangan.

2.Kelompok suhu 12000 C
          Dari sampel diatas dapat diketahui bahwa tingkat kematangan glasir pada kelompok suhu  12000 C tergolong suhu yang baik dan layak. Tetapi dilihat dari keadaan visualnya,dimana semua sampel ( AI, AB, SM ) tidak menunjukan tingkat kematangan dan kekilapan. Tekstur pada semua sampel(AI, AB, SM) kasar dan tidak merata serta warnanya creem. Dari sempel diatas dapat disimpulkan bahwa hal ini disebabkan karena pada suhu ini seharusnya sangat baik tetapi hasil sampel glasir menunjukan tidak matang.Ini dipengaruhi komposisi bahan glasir yaitu Feldspar dan Kapur persentasenya terlalu tinggi yang harus dikurangi,serta Kaolin dan Kuarsa terlalu dikit yang harus ditambah persentasenya supaya glasir mencapai kematangan sempurna.

3.Kelompok suhu 12500 C
          Dari sampel diatas diketahui bahwa tingkat kematangan glasir pada kelompok suhu12500 C tergolong suhu tinggi.Ini dapat dilihat dari keadaan visual dari beberapa sampel.Sampel AI menunjukan tingkat kematangan serta kekilapan yang baik dengan warna kreem merata erta permukaan glasir halus. Sedangkan sampel AB dan SM hampir  mencapai kematangan sempurna.Seharusnya pada suhu ini sampel AB dan SM harus sudah matang tetapi kenyataanya sampel AB dan SM yang belum mencapai kematangan sempurna.Ini disebabkan karena komposisi bahan glasir yaitu Feldspar dan Kapur persentasenya terlalu tinggi yang harus dikurangi,serta Kaolin dan Kuarsa terlalu dikit yang harus ditambah persentasenya supaya pada suhu ini glasir bener-bener  matang sempurna.


4.1.2. Hasil uji kematangan (lebur) dan kekilapan glasir pada kelompok kedua dengan pencampuran bahan tambahan pada suhu 12500 C

         Dari sampel diatas diketahui bahwa tingkat kematangan glasir pada kelompok kedua dengan suhu 12500 C tergolong suhu tinggi. Pada suhu ini keadaan visualnya,dimana pada semua sampel (A, B, C)  menunjukan kematangan dan kekilapan yang sempurna hanya saja pada sampel A lebih mengkilap serta permukaan glasir lebih halus dibandingkan dengan sampel B dan C. Warna pada sampel A dan B kreem merata sedangkan C warnanya coklat. Dari sampel diatas dapat disimpulkan glasir pada suhu ini glasir cukup sempurna selain itu komposisi bahan sudah tepat pada titik leburnya.Bahan tambah sebagai pelebur yaitu abu ilalang ( B ) dan abu bambu ( A ) sedangkan batu merah ( C ) sebagai pewarna.


BAB V
KESIMPILAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
     Dari praktikum yang dilakukan di laboratorium UPT-PSTKP dapat disimpilkan sebagai berikut:
Pada pengujian kelompok pertama glasir tersebut dinyatakan gagal disebabkan karena dari sempel  pada kelompok pertama  tidak ada yang matang . Hal ini dikarenakan komposisi bahan pesentase kwarsa dan kaolin terlalu banyak  sehingga glasir tersebut tidak matang pada suhu 12500 C, sedangkan pesentase Feldspar Lodoyo(pelebur) dan Kapur(pelebur) terlalu sedikit seharusnya pada suhu 12500 C glasir harus matang. Maka dari itu komposisi bahan pada kelompok pertama persentasi kwarsa dan kaolin dikurangi serta feldspat lodoyo dan kapur ditambah supaya mendapatkan glasir yang sempurna.

Pada pengujian kelompok dua  tingkat kematangan (lebur) dan tingkat kekilapan glasir yang tergolong glasir yang terbaik yaitu:

·         pada suhu 12500 C kelompok kedua dengan sampel A
·         pada suhu 12500 C kelompok kedua dengan sampel B
·         pada suhu 12500 C kelompok kedua dengan sampel C
Pada sampel A sudah menunjukan kematangan dilihat dari keadaan visualnya lebih mekilap dari sampel B dan C. Bahan tambahan yaitu abu bambu pada komposisi sampel A sebagai pelebur. Pada sampel B juga menunjukan kematangan dilihat dari keadaan teksturnya sudah halus, vahan tambahan yaitu abu ilalang pada komposisi B juga sebagai pelebur. Pada sampel C menunjukan kematangan sempurna dilihat dari keadaan visualnya sudah mekilap dan keadaan teksturnya sudah halus. Bahan tambahan yaitu batu merah pada komposisi sampel C sebagai pewarna (coklat) hanya saja masih ada bintik-bintik seperti batu merah yang belum halus. Mungkin saja dikeranakan waktu proses pengerusan belum halus.

5.2 Saran
Untuk lebih memahami tentang kematangan (lebur) serta tingkat kekilapan pada glasir dengan suhu  11500 C,12000 C,12500 C, perlu diadakan penelitian lebih khusus dan mendetail. Seandainya ada waktu lebih bisa melakukan percobaan sekali lagi untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Pada waktu proses pegerusan bahan alangkah baiknya kita menggunakan alat atau potmill supaya mendapatkan cairan glasir yang halus sebelum di celupkan pada sampel. Pada glasir  kita bisa menambahkan bahan-bahan pewarna untuk memberikan  nilai estetika pada benda keramik. Untuk itu kita juga harus melakukan penelitian mengenai glasir dengan berbagai jenis warna yang bisa ditambahkan kedalam glasir.


DAFTAR PUSTAKA
1.Agus Mulyadi Utomo,2007.Pengetahuan Bahan dan teknologi Keramik.Institut Seni Indonesia Denpasar
2.Brian Alexander,2001.Dalam buku Agus Mulyadi Utomo Hal.36.
3.Margono, Sudrajat,1991.”Glasir Mural Biru Trkish (Torquise Blue)”.Informasi Teknologi Keramik dan Gelas,no.48 Th XII,Maret 1991,Balai Penelitian Keramik Bandung,hal.50-56.
4.Soesilawati dan Nuryanto,1998.Glasir dan Pewarna,Departemen Perindustrian dan Perdagangan R.I Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Perdagangan,Balai Besar Industri Keramik Bandung (BBIK),Bandung,Hal.12-13







Tidak ada komentar:

Posting Komentar