PRAKTIKUM
MENGUJI
TINGKAT KEMATANGAN (LEBUR) DAN TINGKAT KEKILAPAN BEBERAPA GLASIR DASAR PADA
TEMPERATUR 11500 C,12000 C,12500 C
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya yang kita ketahui bahwa
glasir merupakan lapisan gelas tipis yang difomulasikan secara kimia,agar
melekat pada permukaan barang keramik yang umumnya dibuat dari bahan-bahan
silikat yang melebur pada pembakaran tertentu.Glasir mempunyai tekstur
permukaan berwarna atau tidak berwarna,bisa juga transfaran,opak,matt atau
dof(tidak mengkilap),yang sangat efektif sebagai unsur dekorasi atau ungkapan
ekspresi para seniman.Glasir memiliki karakter tekstur yang tidak
menentu,karakter glasir yang baik tergantung pada tingkat kematangan atau
lebur,suhu bakar atau temperatur serta komposisi bahan dasar yang digunakan
dalam pembuatan glasir.Untuk mengetahui hasil glasir yang baik yang nantinya
dapat digunakan untuk melapisi bodi keramik,diperlukan penelitian uji
sifat-sifat glasir dari komposisi bahan yang digunakan sebagai langkah awal
penerapannya.
Penelitian ini pada awalnya sebagai
praktek penelitian mahasiswa pada mata kuliah pengetahuan bahan keramik
semester 2 dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai uji penelitian tingkat
kematangan (lebur) dan tingkat kekilapan beberapa glasir dasar padasuhu bakar 11500
C,12000 C,12500 C.
1.2.Tujuan
Praktikum
Pratikum ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kematangan (lebur) dan tingkat kekilapan beberapa glasir
dasar pada suhu bakar 11500 C,12000 C,12500 C.
Kemudian mengetahui pada pembakaran
manakah serta pada komposisi manakah yang mendapat hasil glasir yang paling
baik untuk dapat digunakan dalam melapisi bodi keramik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Glasir merupakan suatu macam lapisan
gelas khusus yang di formulasikan secara kimia, agar melekat pada permukaan
tanah liat atau melebur kedalam bodi keramik pada waktu pembakaran yang umumnya
di buat dari campuran bahan-bahan silika ( Agus Mulyadi Utamo,2010).
Dapat juga dikatakan bahwa glasir adalah campuran bahan pelebur dan silika yang
dilapiskan atau diterapkan pada permukaan bodi keramik, yang setelah di bakar
pada suhu tertentu melebur menjadi selaput (lapisan) gelas tipis (Margono, Sudrajat, Dalam Buku Agus Mulyadi Utomo,Pengetahuan Teknologi
Bahan Keramik1991:50-56). Glasir yang dilapisi pada bodi keramik
merupakan bagian yang cukup penting dalam pembuatan keramik. Di samping dapat
menambah keindahan produk keramik, glasir juga berperan sebagai pelindung dan
dapat memperpanjang usia keramik itu sendiri (Susilawati,Nuryanto,1998:12-13).
Sifat fisik maupun kimia dari
glasir hampir sama dengan gelas yaitu keras, licin, awet, tidak tembus air,
tidak larut kecuali dalam asam florida (basa kuat lainnya) impermeable terhadap
gas maupun cairan. Seperti halnya gelas, glasir tidak mempunyai ikatan molekul
yang tegas, tetapi terdiri dari ikatan yang kompleks dan sifatnya mirip dengan
larutan’’lewat dingin’’ atau undercooled solutions ( Agus Mulyadi Utamo,2010).
Glasir memiliki tekstur permukaan
warna atau tidak berwarna, bisa juga transparan, translusen (opak) matt, atau
doff (tidak mengkilap) yang sangat efektif dipergunakan sebagai unsur dekorasi
atau ungkapan ekspresi para seniman. Glasir pada hakekatnya sama dengan gelas,
yaitu keduanya dibuat dari bahan pasir kwarsa atau silika. Proses pembakarannya
pun sama dengan pembakaran suhu tinggi. Untuk mengerti apa sebenarnya gelas dan
glasir, harus diketahui apa yang terjadi dalam proses pelelehan bahan dan
gejala bahan untuk berkristal. Masalahnya dalam suhu atau temperatur suatu
bahan padat yang tidak organis, ada yang berupa cairan, gas dan wujud padat
atau pasir atau tepung serta tergantung pada tinggi suhu bakar. Misalnya air
yang dikenal berwujud padat berupa es pada suhu dibawah 00 C, berupa
cairan bila diatas 00 C sampai 1000 C dan berupa gas jika
suhunya diatas 1000 C. Demikian pula bahan padat yang berupa
batu-batuan, pada suhu yang sangat tinggi.
Seperti
yang terjadi di perut bumi, batu-batuai itu berupa cairan, bahkan pada suhu
yang lebih tinggi lagi akan menjadi gas ( Agus Mulyadi Utamo,2010).Biasanya
bahan cair suhu tinggi menjadi dingin,berbahan tersebut terlihat membeku atau mengkristal.
Dalam keadaan kristal,molokul-molokul bahan akan tersusun dalam pola-pola yang
berulang secara 3 dimensional berupa struktur. Tiap-tiap bahan membentuk
kristak-kristal dengan bentuk dan susunan yang berbeda-beda.
Bagaimana caranya bahan berkristal?
Sebagai contohnya adalah gula dan garam yang masing-masing memiliki pola
sendiri-sendiri. Apabila bahan kristalin dipanaskan, ikatan antara molekulnya
terpecahkan. Dan molekul-molekul menjadi lepas, tidak lagi terikat satu sama
lainnya. Bahan-bahan yang meleleh tidak lagi memiliki struktur yang kristalin.
Saat menjadi dingin molekul itu menjadi jaringan yang teratur dan membeku menjadi
padat dan kembali menjadi kristal.
Untuk mengetahui dan mengerti
sebaik-baiknya apa yang disebut glasir, pertama-tama harus mengetahui apa yang
disebut gelas itu. Gelas dapat disebut sebagai bahan yang transparan (tembus
oleh cahaya) dan terbentuk dari pendinginan suatu lelehan bahan-bahan bumi,
khususnya bahan silika dan berupa bahan yang tidak berbentuk kristal. Pada
umumnya apabila suatu bahan dari bumi dipanaskan cukup tinggi, maka bahan itu
akan meleleh dan sewaktu dingin kembali bahan itu akan terbentuk kristal. Ada
kalanya menjadi cairan waktu mendingin dan membeku kembali tidak membentuk
kristal, sehingga tetap memiliki sifat-sifat cairan. Cairan yang membeku
demikian adalah gelas, sehingga dapat dianggap bahwa gelas itu sebagai
‘’cairan’’ yang mendingin dan membeku tanpa re- kristalisasi. Adapun oksida
yang membeku demikian itu dan menjadi gelas adalah silika. Silika adalah bahan
dasar membuat gelas. Silika leleh pada suhu 17100 C suatu suhu yang
cukup tinggi, di dalam alam jarang sekali ada gelas alam. Salah satu gelas
adalah obsidian. Gelas yang dibuat dari pasir kwarsa atau silika yang berada
pada dalam keadaan kristalin. Dan dalam pemanasan tinggi seperti pasir kwarsa
yang meleleh dan tidak lagi berbentuk kristalin, cairan ini didinginkan secara
khusus hingga menjadi padat. Dan bahan gelas tidak menjadi kristalin lagi, juga
memiliki karakteristik seolah seperti cairan. Cairan dimaksud adalah cairan
yang membeku yang bersifat solid (padat) dan disebut gelas. Jadi gelas adalah
‘’ cairan yang membeku menjadi padat (solid) tanpa rekristain’’. Bahan silika
yang menjadi bahan utama gelas, bila didinginkan tidak berkristal kembali,
yaitu berada dalam bentuk cairan yang disebut
amorphous,sebagai gelas. Dan
proses pencairan silika menjadi gelas disebut fitrifikasi (prnggelasan). Adakalanya cairan glasir bisa
membeku padat dan kembali menjadi kristalin, kejadian ini dinyatakan sebagai
de-fitrifikasi. Untk menjadi gelas yang bening dan tembus cahaya, cairan silika
yang meleleh dalam proses pendinginannya tidak boleh mengalami de-fitrifikasi.
Pada hakekatnya dikatakan bahwa
glasir kramik adalah gelas akan tetapi walaupun glasir itu adalah gelas,
komposisi bahannya memang agak berbeda karena fungsinya adalah pelapis suatu
benda keramik. Glasir pada prinsipnya harus melekat pada suatu benda keramik,
sedangkan gelas dibentuk langsung dari lelehan bisa berupa
botol,gelas,kaca,dll. Dengan demikian lelehan gelas itu harus agak cair.
Pada keramik, glasir itu tidak boleh
meleleh turun dari benda yang dilapisi sehingga glasir itu lebih kaku. Glasir
dibuat dari bermacam-macam campuran bahan baku yang meleleh dan campuran itu
dicairkan dengan air kemudian dilapiskan merata pada benda waktu dibakar.
Di atas telah dikatakan bahwa glasir
tidak boleh terlalu cair sehingga akan turun dari benda yang dilapisi. Glasir
itu harus lebih kaku dan hal tersebut dapat dicapai dengan membubuhkan alumina
kedalam glasir. Alumina ini mempertinggi viskositas (viscous=lengket/liat) dari
glasir. Dengan demikian glasir yang pada hakekatnya ‘’gelas’’ tersebut dibuat
dengan bahan dasar untuk gelas yaitu silika beserta dengan bahan pelapis
tambahan lainnya, untuk menurunkan suhu pembakaran glasir, diperlukan juga
bahan alumina untuk membuatnya lebih liat serta melekat pada benda keramik yang
dilapisi.
Glasir merupakan gelas yang telah
dilelehkan setempat pada permukaan benda keramik, sehingga membuat benda yang
dilapisi itu menjadi halus dan tidak berpori, serta bisa diberi warna atau
tekstur menurut kehendak sipembuat.
Glasir harus melekat pada benda
keramik yang akan dilapisi. Untuk mencapai itu ada 3 komponen yang diperlukan,
misalnya pasir kwarsa/silika sebagai bahan gelas lalu bahan peleleh (flux) yang
dapat mempercepat pelelehan dan menurunkan titik lebur/titik leleh seluruh
bahan glasir dan diperlukan pula bahan-bahan yang memungkinkan glasir itu dapat
melekat dan bersatu dengan body benda keramik, berupa tanah liat.
Dengan
demikian dalam pembuatan glasir telah dapat ditetapkan komponen dasar yang
umumnya dipakai para keramikus sebagai berikut
a. Terdiri
dari komponen bahan pembentukan gelas, misalnya: pasir kwarsa murni atau silika
b. Terdiri
dari komponen flux atau bahan peleleh (pelebur), misalnya: oksida-oksida yang
titik leburnya relatif rendah
c. Terdiri
dari komponen pelekat yang merupakan kerangka glasir yang sifatnya sama dengan
bahan body benda keramik yang akan dilapisi (unsur tanah liat) misalnya:
alumina
Menurut
Brian Alexander, 2001 yang mengemukakan bahwa diperlukan 3 macam bahan mentah
dalam membuat glasir, yaitu:
1. Gelas
forma (glass former) adalah bahan mentah untuk membuat kaca (silika).
2. Stabilisator
(stifener) adalah bahan mentah untuk mencegah meleleh (alumnia) sebagai kerangka.
3. Flux
(pelebur) adalah bahan yang membuat melebur bahan-bahan diatas (1&2),
melebur dan meleleh didalam suhu yang lebih rendah.
Selanjutnya
untuk dapat mengetahui glasir lebih details, perlu kita lakukan penelitian dan
percobaan.
BAB III
METODE KERJA
Pengujian tingkat kematangan (lebur) dan
tingkat kekilapan beberapa glasir dasar pada suhu bakar atau temperatur bakar
11500 C, 12000 C, 12500 C dilakukan dilaboratorium
di BPPT-Bali pada bulan april 2011 meliputi tingkat kematangan dan tingkat
kekilapan dengan menggunakan tungku listrik,guna mengetahui sifat-sifat fisik
yang baik dari campuran komposisi bahan glasir yang digunakan serta perlakuan
terhadap suhu bakar yang digunakan.
3.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan untuk penelitian
adalah sebagai berikut :
⁻
Timbangan
listrik
⁻
Cawan
⁻
Morta
⁻
Tempat air
⁻
Sempel bodi
keramik
⁻
Feldspar lodoyo
⁻
Kapur
⁻
Kaolin
⁻
Kuarsa
⁻
Abu bambu
⁻
Abu ilalang
⁻
Batu merah
⁻
Air
3.2. Metode
Bahan
|
Kelompok
|
||||||||
AI 1
|
AI 2
|
AI 3
|
AB 1
|
AB2
|
AB3
|
SM1
|
SM2
|
SM3
|
|
Feldspar Lodoyo
Kapur
Kwarsa
Kaolin
Abu Bambu
Abu Ilalang
Batu Merah
|
48
%
20
%
20
%
12
%
-
10
%
-
|
48
%
20
%
20
%
12
%
-
15
%
-
|
48
%
20
%
20
%
12
%
-
20
%
-
|
48
%
20
%
20
%
12
%
10
%
-
-
|
48
%
20
%
20
%
12
%
15
%
-
-
|
48
%
20
%
20
%
12
%
20
%
-
-
|
48
%
20
%
20
%
12
%
-
-
10
%
|
48
%
20
%
20
%
12
%
-
-
15
%
|
48
%
20
%
20
%
12
%
-
-
20
%
|
Kelompok pertama
Pertama kita harus menyiapkan semua
alat-alat dan bahan yang akan digunakan.Setelah semuanya siap kita arus
menyiapkan bahan-bahan yang akan ditimbang seperti: Feldspar lodoyo,kapur,kaolin,kuarsa,abu
bambu,abu ilalang,batu merah yang berupa tepung.Ketujuh bahan tersebut ditimbang
sesuai dengan pembagian kelompok,kita
bagi menjadi 2 kelompok.Kelompok yang pertama yaitu:
Setelah kita timbang bahan sesuai
kelompok diatas, kemudian kita membuat komposisi baru yang berbeda dengan
pengkelompokan diatas agar kita mengetahui perbedaan hasil pengglasiran.
Kelompok
kedua yaitu ;
Bahan
|
Kelompok
|
||
A
|
B
|
C
|
|
Feldspar Lodoyo
Kapur
Kaolin
Kuarsa
Abu Bambu
Abu Ilalang
Batu Merah
|
40 %
16 %
16 %
8 %
20 %
-
-
|
40 %
16 %
16 %
8 %
-
20 %
|
40 %
16 %
16 %
8 %
-
-
20 %
|
Kelompok Kedua
Setelah semua bahan ditimbang sesuai dengan kelompoknya,
barulah setiap bahan dihaluskan menggunakan mortar sehingga bahan benar-benar
halus sesuai dengan komposisi kelompoknya. Bahan-bahan yang sudah dihaluskan
menggunakan mortar lalu dituang air sedikit demi sedikit sambil terus
ddihaluskan. Dalam penambahann air larutan glasir tidak boleh encer ataupun
terlalu kental. Larutan glasir yang baik adalah bisa menutupi permukaan body
keramik tanpa memperlihatkan permukaan body dasar keramiknya setelah
bahan-bahan dirasa talah benar-benar halus kita celupkan sebentar sampel bodi
keramik yang sudah dibersihkan dan yang dibaliknya sudah diisi tanda dengan
nama kelompok serta suhu pembakarannya. Setelah kering glasir yang belepotan
dirapikan menggunakan kater lalu glasir dibakar perkelompoknya dengan
masing-masing suhu yaitu : 11500 C, 12000 C, 12500
C. setelah kondisi dalam tungku mendingin(mencapai suhu udara), semua benda
sempel boleh di keluarkan dan kita sudah dapat melakukan pengamatan yaitu
mengamati kematangannya (lebur), penampakan warna secara visual dan kondisi
permukaan glasirnya rata atau tidak.
BAB
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
dan pembahasan
Dari
pratikum kelompok pertama,sempel
glasir dasar dengan komposisi dan suhu yang berbeda yang telah dilakukan di
peroleh hasil sebagai berikut:
4.1.1 Hasil uji kematangan (lebur) dan kekilapan glasir pada kelompok
pertama dengan pencampuran bahan tambahan
1.Kelompok suhu 11500 C
Dari sampel diatas diketahui
bahwa tingkat kematangan glasir pada kelompok suhu 11500
C sangat kurang baik, ini
dapat dilihat dari keadaan visualnya yaitu dari segi tekstur,dimana pada semua
sempel (AI, AB, SM) menunjukan tekstur tidak merata seperti ada lubang-lubang
yang banyak pada permukaan glasir serta permukaannya kasar. Dari segi warna
semua sampel berwarna putih yang tidak merata. Dari tingkat kekilapannya,semua
sempel tidak mengkilap. Dari sempel diatas dapat disimpulkan bahwa hal ini
disebabkan karena pada suhu ini glasir tidak dapat melebur dengan sempurna.ini
dikarenakan oleh glasir yang mulai matang tiba-tiba diberhentikan pada suhu
yang belum mencapai tingkat kematangan sempurna.Suhu ini tergolong suhu rendah
untuk tingkat kematangan.
2.Kelompok suhu 12000 C
Dari sampel diatas dapat diketahui bahwa tingkat
kematangan glasir pada kelompok suhu 12000 C tergolong suhu yang baik dan layak. Tetapi dilihat dari
keadaan visualnya,dimana semua sampel ( AI, AB, SM ) tidak menunjukan tingkat
kematangan dan kekilapan. Tekstur pada semua sampel(AI, AB, SM) kasar dan tidak
merata serta warnanya creem. Dari sempel diatas dapat disimpulkan bahwa hal ini
disebabkan karena pada suhu ini seharusnya sangat baik tetapi hasil sampel
glasir menunjukan tidak matang.Ini dipengaruhi komposisi bahan glasir yaitu Feldspar dan Kapur persentasenya terlalu tinggi yang harus
dikurangi,serta Kaolin dan Kuarsa terlalu dikit yang harus ditambah
persentasenya supaya glasir mencapai kematangan sempurna.
3.Kelompok suhu 12500 C
Dari sampel diatas diketahui bahwa
tingkat kematangan glasir pada kelompok suhu12500 C tergolong suhu tinggi.Ini dapat dilihat dari keadaan
visual dari beberapa sampel.Sampel AI menunjukan tingkat kematangan serta
kekilapan yang baik dengan warna kreem merata erta permukaan glasir halus.
Sedangkan sampel AB dan SM hampir
mencapai kematangan sempurna.Seharusnya pada suhu ini sampel AB dan SM
harus sudah matang tetapi kenyataanya sampel AB dan SM yang belum mencapai
kematangan sempurna.Ini disebabkan karena komposisi bahan glasir yaitu Feldspar dan Kapur persentasenya terlalu tinggi yang harus dikurangi,serta
Kaolin dan Kuarsa terlalu dikit yang harus ditambah persentasenya
supaya pada suhu ini glasir bener-bener
matang sempurna.
4.1.2. Hasil
uji kematangan (lebur) dan kekilapan glasir pada kelompok kedua dengan pencampuran
bahan tambahan pada suhu 12500 C
Dari sampel diatas diketahui bahwa
tingkat kematangan glasir pada kelompok kedua dengan suhu 12500 C tergolong suhu tinggi. Pada suhu ini keadaan
visualnya,dimana pada semua sampel (A, B, C) menunjukan kematangan dan kekilapan yang
sempurna hanya saja pada sampel A lebih mengkilap serta permukaan glasir lebih
halus dibandingkan dengan sampel B dan C. Warna pada sampel A dan B kreem
merata sedangkan C warnanya coklat. Dari sampel diatas dapat disimpulkan glasir
pada suhu ini glasir cukup sempurna selain itu komposisi bahan sudah tepat pada
titik leburnya.Bahan tambah sebagai pelebur yaitu abu ilalang ( B ) dan abu
bambu ( A ) sedangkan batu merah ( C ) sebagai pewarna.
BAB
V
KESIMPILAN
DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan di
laboratorium UPT-PSTKP dapat disimpilkan sebagai berikut:
Pada pengujian kelompok
pertama glasir tersebut dinyatakan gagal disebabkan karena dari sempel pada kelompok pertama tidak ada yang matang . Hal ini dikarenakan
komposisi bahan pesentase kwarsa dan kaolin terlalu banyak sehingga glasir tersebut tidak matang pada
suhu 12500 C, sedangkan pesentase Feldspar Lodoyo(pelebur) dan Kapur(pelebur)
terlalu sedikit seharusnya
pada suhu 12500
C glasir harus matang. Maka
dari itu komposisi bahan pada kelompok pertama persentasi kwarsa dan kaolin
dikurangi serta feldspat lodoyo dan kapur ditambah supaya mendapatkan glasir
yang sempurna.
Pada pengujian kelompok dua tingkat kematangan
(lebur) dan tingkat kekilapan glasir yang tergolong glasir yang terbaik yaitu:
·
pada suhu 12500 C kelompok kedua dengan sampel A
·
pada suhu 12500 C kelompok kedua dengan sampel B
·
pada suhu 12500 C kelompok kedua dengan sampel C
Pada sampel A sudah menunjukan kematangan dilihat dari
keadaan visualnya lebih mekilap dari sampel B dan C. Bahan tambahan yaitu abu
bambu pada komposisi sampel A sebagai pelebur. Pada sampel B juga menunjukan
kematangan dilihat dari keadaan teksturnya sudah halus, vahan tambahan yaitu
abu ilalang pada komposisi B juga sebagai pelebur. Pada sampel C menunjukan
kematangan sempurna dilihat dari keadaan visualnya sudah mekilap dan keadaan
teksturnya sudah halus. Bahan tambahan yaitu batu merah pada komposisi sampel C
sebagai pewarna (coklat) hanya saja masih ada bintik-bintik seperti batu merah
yang belum halus. Mungkin saja dikeranakan waktu proses pengerusan belum halus.
5.2 Saran
Untuk lebih memahami tentang kematangan (lebur) serta
tingkat kekilapan pada glasir dengan suhu
11500
C,12000 C,12500 C, perlu diadakan penelitian lebih khusus dan
mendetail. Seandainya ada waktu lebih bisa melakukan percobaan sekali lagi
untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Pada waktu proses pegerusan bahan
alangkah baiknya kita menggunakan alat atau potmill supaya mendapatkan cairan
glasir yang halus sebelum di celupkan pada sampel. Pada glasir kita bisa menambahkan bahan-bahan pewarna
untuk memberikan nilai estetika pada
benda keramik. Untuk itu kita juga harus melakukan penelitian mengenai glasir
dengan berbagai jenis warna yang bisa ditambahkan kedalam glasir.
DAFTAR
PUSTAKA
1.Agus Mulyadi
Utomo,2007.Pengetahuan Bahan dan teknologi Keramik.Institut Seni Indonesia
Denpasar
2.Brian Alexander,2001.Dalam
buku Agus Mulyadi Utomo Hal.36.
3.Margono,
Sudrajat,1991.”Glasir Mural Biru Trkish (Torquise Blue)”.Informasi Teknologi
Keramik dan Gelas,no.48 Th XII,Maret 1991,Balai Penelitian Keramik
Bandung,hal.50-56.
4.Soesilawati dan Nuryanto,1998.Glasir
dan Pewarna,Departemen Perindustrian dan Perdagangan R.I Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri Perdagangan,Balai Besar Industri Keramik Bandung
(BBIK),Bandung,Hal.12-13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar